Kelas : 2TB06
NPM : 26313025
GREEN BUILDING
ALAM DAN LINGKUNGAN
Green Building adalah bangunan dimana sejak dimulai dalam tahap
perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional
pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan
sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan
memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah
bersinambungan.
Istilah Green building merupakan upaya
untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah
lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan
sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan
hingga pembongkaran.
Bangunan hijau (green building)
didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan
alam, melalui : efisiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain ;
perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja ;
mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas, mengurangi polusi / pencemaran
padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan.
Untuk mencapai target tersebut, pihak
PU selaku owner bersama dengan
tim Perencana, Pengawas, dan PT. PP (Persero) Tbk berusaha untuk memenuhi 6
(enam) aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian Green Building oleh tim GBCI
(Green Building Council Indonesia) yang terdiri
dari :
·
Tepat Guna Lahan (Approtiate
Site Development / ASD)
·
Efisiensi dan
Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
·
Konservasi Air (Water
Conservation / WAC)
·
Sumber dan Siklus
Material (Material Resource and Cycle / MRC)
·
Kualitas Udara &
Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
·
Manajemen Lingkungan
Bangunan (Building and Environment Management / BEM)
Beberapa hal telah
dilakukan guna mewujudkan predikat Greed Building, dimulai dari tahap perancangan
bangunana oleh tim perencana hingga dalam proses pelaksanaan konstruksi oleh
PT. PP (Persero) Tbk.
Penerapan
aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu :
1.
Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan
Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun
horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi shading bagi
sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut menjadi lebih
sejuk.Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi timur.hal
ini dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan
menyilaukan.
2.
Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk
ke dalam gedung namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang
masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang
shading pada sisi luar light shelf ditentukan sehingga sinar
matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan
dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap
mampu memberikan cahaya yang cukup.
3.
Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan
menggunakan intelegent
lighting system yang dikendalikan oleh main control
panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis olehmotion
sensor & lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan
ruang akan mudah dilakukan.
4.
Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk
mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk
keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman.Dengan sistem ini,
penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk
menunjang konsep green building.
Konsep
Pembangunan Green Building
Beberapa aspek utama green building antara lain :
1)
Material
Material yang digunakan untuk
membangun harus diperoleh dari alam, dan merupakan sumber energi terbarukan
yang dikelola secara berkelanjutan.Daya tahan material bangunan yang layak
sebaiknya teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi
produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
2)
Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat
mengurangi biaya listrik bangunan.Selain itu, bangunan juga selayaknya
dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi, terutama lampu dan AC.
Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka agar mengurangi pemakaian
listrik.Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas
penghuninya. Green buildingjuga harus
menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi
energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya.
3)
Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan
menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang
dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula
peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakanbathtub di kamar mandi, menggunakan toilet hemat air, dan memasang
sistem pemanas air tanpa listrik.
4)
Kesehatan
Penggunaan bahan-bahan bagunan dan
furnitur harus tidak beracun, bebas emisi, rendah atau non-VOC (senyawa organik
yang mudah menguap), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba
lainnya.Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim
ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.
Manfaat Pembangunan Green
Building
I.
Manfaat Lingkungan
·
meningkatkan dn melindungi
keragaman ekosistem
·
memperbaiki kualitas
udara
·
memperbaiki kualitas
air
·
mereduksi limbah
·
konservasi sumber
daya alam
II.
Manfaat Ekonomi
·
Mereduksi biaya
operasional
·
Menciptakan dan
memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
·
Meningkatkan
produktivitas penghuni
·
Mengoptimalkan
kinerja daur hidup ekonomi
III.
Manfaat Sosial
·
Meningkatkan kesehatan
dan kenyamanan penghuni
·
Meningkatkan kualitas
estetika
·
Mereduksi masalah
dengan infrastruktur local
PENGARUH TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALAM
Pada dekade terakhir ini, kesadaran global
tentang lingkungan hidup, khususnya dalam bidang arsitektur, meningkat dengan
tajam.Gerakan hijau berkembang pesat tidak hanya sekedar melindungi sumber daya
alam, tetapi juga pada implementasinya dalam rangka efisiensi penggunaan energi
dan meminimalisir kerusakan lingkungan.Perancangan arsitektur sedikit banyak
telah berubah, merefleksikan sikap masyarakat yang makin peduli terhadap
lingkungan hidup.Demikian pula ketersediaan produk ramah lingkungan yang makin
mudah diperoleh di pasar.
Secara umum dapat disampaikan bahwa menuju bangunan yang
ramah lingkungan adalah mengukur dampak pada lingkungan luar (bangunan) dan
membantu memperbaiki lingkungan dalam (bangunan). Biasanya beberapa aspek yang
diperiksa adalah antara lain: rancangan arsitektur bangunan, metodologi
membangun, material bangunan, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan
air dan life
cycle ecological living.
Apa yang membuat bangunan yang bagus dapat dikatakan ramah
lingkungan?
Apa yang membuat bangunan yang ramah lingkungan dapat dikatakan bagus?
Apa yang membuat bangunan yang ramah lingkungan dapat dikatakan bagus?
Rasanya tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan
tersebut.Definisi tentang bangunan ramah lingkungan tidak dapat dijawab hanya
dengan satu definisi.Sebuah bangunan di gunung tentu mempunyai efisiensi yang
berbeda dengan perhitungan terhadap bangunan di pesisir pantai. Tinggal di
lantai atas sebuah apartment tower berbeda dengan tinggal di sebuah landed house. Masing-masing bangunan dapat mempunyai jawaban
sendiri karena merupakan rancangan yang dibangun terhadap kondisi yang
berbeda-beda. Walaupun demikian, ada sebuah pendekatan umum untuk merancang
bangunan yang ramah lingkungan, yaitu sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mengenali lokasi anda tinggal. To Know Where
You Are.
Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai. Kesadaran tentang kondisi lokasi akan sangat penting dalam usaha memperoleh bangunan yang ramah lingkungan, baik dalam rangka renovasi bangunan, membeli rumah baru ataupun membangun rumah dari awal.
Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai. Kesadaran tentang kondisi lokasi akan sangat penting dalam usaha memperoleh bangunan yang ramah lingkungan, baik dalam rangka renovasi bangunan, membeli rumah baru ataupun membangun rumah dari awal.
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan ukuran bangunan. Size Does Matter.
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa makin besar ruangan maka makin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan bangunan ramah lingkungan tidak selalu demikian. Lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil (baca: sederhana) bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa makin besar ruangan maka makin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan bangunan ramah lingkungan tidak selalu demikian. Lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil (baca: sederhana) bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.
Langkah ketiga adalah, menyadari bahwa kita harus menetapkan
sendiri bahwa kita memang ingin membangun bangunan yang ramah lingkungan.
Kesadaran ini menjadi faktor penting karena akan membantu kita fokus pada usaha
perancangan yang realistis: penghematan energi dan perlindungan terhadap
berbagai sumber alam yang akan dipakai.
Langkah keempat lebih banyak bersifat teknis, yaitu
mempelajari alternatif metode membangun (alternatives to conventional construction
methods) dan menggunakan material yang tepat guna (encourage wise uses of
materials).
Bagi
arsitek, merancang bangunan ramah lingkungan sesungguhnya adalah sebuah proses.
Tujuannya bukan membuat bangunan yang sempurna, melainkan menciptakan bangunan
yang lebih baik. Pendekatan umum yang digambarkan melalui beberapa langkah
tersebut diatas, oleh Prof. Jong-jin Kim cs dari College of Architecture and
Urban Planning University of Michigan, dikemas menjadi prinsip-prinsip
perancangan bersinambungan (sustainable design) dalam konteks rancangan
arsitektur yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip ini meliputi:
·
Penghematan sumber daya alam (economy of resources), yang
memperhatikan aspek pengurangan, pemakaian kembali dan pemakaian ulang berbagai
bahan alam yang digunakan pada bangunan. Beberapa masalah utama yang
diperhatikan disini meliputi antara lain masalah penghematan penggunaan energi,
konservasi air dan penggunaan material bangunan. Dengan melakukan penghematan
ini arsitek akan mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan
(non renewable resources) baik pada masa pembangunan maupun selama bangunan
beroperasi.
·
Daur hidup (life cycle design), yaitu metodologi untuk
menganalisa proses membangun dan dampaknya terhadap lingkungan. Proses
membangun yang dimaksud meliputi seluruh tahapan sejak tahap sebelum membangun
(pre-building phase), selama membangun (building phase) sampai bangunan
difungsikan (post building phase). Model konvensional dari sebuah daur hidup
bangunan adalah design – construction – operation – demolition. Pada prinsip
ini dimasukkan pendekatan yang mengenali adanya konsekuensi/dampak terhadap
lingkungan pada setiap proses dalam model daur hidup itu. Pendekatan ini pada
dasarnya adalah untuk mengurangi dampak negatif dan menambah umur hidup
material bangunan. Sebuah material bangunan yang habis masa pakainya akan dapat
berubah bentuk sebagai material baru, dan dengan demikian akan selalu dapat
dipakai ulang.
·
Rancangan yang manusiawi (humane design), yaitu prinsip
yang fokus terhadap interaksi antara manusia dengan lingkungan. Prinsip ini
berkaitan dengan adaptasi rancangan terhadap kondisi alam, urban design dan
perencanaan tapak, serta tingkat kenyamanan bangunan yang akan dicapai. Dua
prinsip pertama berkaitan dengan hal efisiensi dan konservasi, sementara
prinsip yang ketiga ini berkaitan dengan keharmonisan hidup semua konstituen
ekosistem: elemen non organik, organisme hidup dan manusia. Prinsip ini
tampaknya tumbuh dari filosofi pemikiran untuk menghargai keberadaan seluruh
benda dan mahluk hidup di muka bumi.
Akhirnya,
untuk dapat merancang bangunan yang ramah lingkungan, arsitek harus belajar
tentang masalah lingkungan hidup.Pendidikan arsitektur harus dapat menumbuhkan
kepedulian terhadap lingkungan dan memperkenalkan mahasiswa kepada etika
lingkungan, serta mengembangkan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan
(knowledge base in sustainable design).
Saat ini
mungkin status rancangan arsitektur ramah lingkungan masih berada dalam tataran
etika daripada dalam tataran ilmu pengetahuan. Perubahan gaya hidup dan sikap
terhadap lingkungan adalah penting, tetapi pengembangan keahlian berdasarkan
ilmu pengetahuan tidak kalah pentingnya. Pengembangan keahlian ini pada saatnya
akan menghasilkan ketrampilan, teknik dan metode dalam praktek perancangan
bangunan yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA