Selasa, 30 September 2014

GREEN BUILDING TEMA LINGKUNGAN

Nama  : Muhammad Luthfi Fazrin
Kelas   : 2TB06
NPM   : 26313025


GREEN BUILDING
ALAM DAN LINGKUNGAN

Green Building adalah bangunan dimana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah bersinambungan.

Istilah Green building merupakan upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi bahkan hingga pembongkaran.

Bangunan hijau (green building) didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui : efisiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain ; perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja ; mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas, mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan.
Untuk mencapai target tersebut, pihak PU selaku owner bersama dengan tim Perencana, Pengawas, dan PT. PP (Persero) Tbk berusaha untuk memenuhi 6 (enam) aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian Green Building oleh tim GBCI (Green Building Council Indonesia) yang terdiri dari :
·         Tepat Guna Lahan (Approtiate Site Development / ASD)
·         Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency & Conservation / EEC)
·         Konservasi Air (Water Conservation / WAC)
·         Sumber dan Siklus Material (Material Resource and Cycle / MRC)
·         Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and Comfort / IHC)
·         Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management / BEM)

Beberapa hal telah dilakukan guna mewujudkan predikat Greed Building, dimulai dari tahap perancangan bangunana oleh tim perencana hingga dalam proses pelaksanaan konstruksi oleh PT. PP (Persero) Tbk.



Penerapan aspek Green Building dari segi design bangunan yaitu :

1.      Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut menjadi lebih sejuk.Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih banyak di sisi timur.hal ini dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari barat) lebih bersifat panas dan menyilaukan.

2.      Shading & Reflektor
Shading light shelf bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelf ditentukan sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu memberikan cahaya yang cukup.

3.      Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam bangunan menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis olehmotion sensor & lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan mudah dilakukan.

4.      Water Recycling System
Water Recycling System berfungsi untuk mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman.Dengan sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu aspek penting untuk menunjang konsep green building.

Konsep Pembangunan Green Building
Beberapa aspek utama green building antara lain :

1)      Material
Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, dan merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan.Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.

2)      Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan.Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi, terutama lampu dan AC. Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka agar mengurangi pemakaian listrik.Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green buildingjuga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya.

3)      Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakanbathtub di kamar mandi, menggunakan toilet hemat air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik.

4)      Kesehatan
Penggunaan bahan-bahan bagunan dan furnitur harus tidak beracun, bebas emisi, rendah atau non-VOC (senyawa organik yang mudah menguap), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya.Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.
Manfaat  Pembangunan Green Building 

        I.            Manfaat Lingkungan
·         meningkatkan dn melindungi keragaman ekosistem
·         memperbaiki kualitas udara
·         memperbaiki kualitas air
·         mereduksi limbah
·         konservasi sumber daya alam

      II.            Manfaat Ekonomi
·         Mereduksi biaya operasional
·         Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
·         Meningkatkan produktivitas penghuni
·         Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi




    III.            Manfaat Sosial
·         Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
·         Meningkatkan kualitas estetika
·         Mereduksi masalah dengan infrastruktur local


PENGARUH TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALAM

Pada dekade terakhir ini, kesadaran global tentang lingkungan hidup, khususnya dalam bidang arsitektur, meningkat dengan tajam.Gerakan hijau berkembang pesat tidak hanya sekedar melindungi sumber daya alam, tetapi juga pada implementasinya dalam rangka efisiensi penggunaan energi dan meminimalisir kerusakan lingkungan.Perancangan arsitektur sedikit banyak telah berubah, merefleksikan sikap masyarakat yang makin peduli terhadap lingkungan hidup.Demikian pula ketersediaan produk ramah lingkungan yang makin mudah diperoleh di pasar.
Secara umum dapat disampaikan bahwa menuju bangunan yang ramah lingkungan adalah mengukur dampak pada lingkungan luar (bangunan) dan membantu memperbaiki lingkungan dalam (bangunan). Biasanya beberapa aspek yang diperiksa adalah antara lain: rancangan arsitektur bangunan, metodologi membangun, material bangunan, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air dan life cycle ecological living.

Apa yang membuat bangunan yang bagus dapat dikatakan ramah lingkungan?
Apa yang membuat bangunan yang ramah lingkungan dapat dikatakan bagus?
Rasanya tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan tersebut.Definisi tentang bangunan ramah lingkungan tidak dapat dijawab hanya dengan satu definisi.Sebuah bangunan di gunung tentu mempunyai efisiensi yang berbeda dengan perhitungan terhadap bangunan di pesisir pantai. Tinggal di lantai atas sebuah apartment tower berbeda dengan tinggal di sebuah landed house. Masing-masing bangunan dapat mempunyai jawaban sendiri karena merupakan rancangan yang dibangun terhadap kondisi yang berbeda-beda. Walaupun demikian, ada sebuah pendekatan umum untuk merancang bangunan yang ramah lingkungan, yaitu sebagai berikut:

Langkah pertama adalah mengenali lokasi anda tinggal. To Know Where You Are.
Langkah ini mempertanyakan bagaimana kualitas lingkungan hidup di sekitar dan bagaimana kemungkinan tingkat kualitas hidup yang akan dapat dicapai. Kesadaran tentang kondisi lokasi akan sangat penting dalam usaha memperoleh bangunan yang ramah lingkungan, baik dalam rangka renovasi bangunan, membeli rumah baru ataupun membangun rumah dari awal.
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan ukuran bangunan. Size Does Matter.
Berlawanan dengan pandangan umum bahwa makin besar ruangan maka makin baik bagi penggunanya, terutama pada bangunan rumah tinggal, pada pendekatan bangunan ramah lingkungan tidak selalu demikian. Lebih besar tidak lebih baik, karena makin kecil (baca: sederhana) bangunan maka akan makin lebih baik kontrol aspek lingkungan terhadap bangunan tersebut.

Langkah ketiga adalah, menyadari bahwa kita harus menetapkan sendiri bahwa kita memang ingin membangun bangunan yang ramah lingkungan. Kesadaran ini menjadi faktor penting karena akan membantu kita fokus pada usaha perancangan yang realistis: penghematan energi dan perlindungan terhadap berbagai sumber alam yang akan dipakai.

Langkah keempat lebih banyak bersifat teknis, yaitu mempelajari alternatif metode membangun (alternatives to conventional construction methods) dan menggunakan material yang tepat guna (encourage wise uses of materials).
Bagi arsitek, merancang bangunan ramah lingkungan sesungguhnya adalah sebuah proses. Tujuannya bukan membuat bangunan yang sempurna, melainkan menciptakan bangunan yang lebih baik. Pendekatan umum yang digambarkan melalui beberapa langkah tersebut diatas, oleh Prof. Jong-jin Kim cs dari College of Architecture and Urban Planning University of Michigan, dikemas menjadi prinsip-prinsip perancangan bersinambungan (sustainable design) dalam konteks rancangan arsitektur yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip ini meliputi:
·         Penghematan sumber daya alam (economy of resources), yang memperhatikan aspek pengurangan, pemakaian kembali dan pemakaian ulang berbagai bahan alam yang digunakan pada bangunan. Beberapa masalah utama yang diperhatikan disini meliputi antara lain masalah penghematan penggunaan energi, konservasi air dan penggunaan material bangunan. Dengan melakukan penghematan ini arsitek akan mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan (non renewable resources) baik pada masa pembangunan maupun selama bangunan beroperasi.
·         Daur hidup (life cycle design), yaitu metodologi untuk menganalisa proses membangun dan dampaknya terhadap lingkungan. Proses membangun yang dimaksud meliputi seluruh tahapan sejak tahap sebelum membangun (pre-building phase), selama membangun (building phase) sampai bangunan difungsikan (post building phase). Model konvensional dari sebuah daur hidup bangunan adalah design – construction – operation – demolition. Pada prinsip ini dimasukkan pendekatan yang mengenali adanya konsekuensi/dampak terhadap lingkungan pada setiap proses dalam model daur hidup itu. Pendekatan ini pada dasarnya adalah untuk mengurangi dampak negatif dan menambah umur hidup material bangunan. Sebuah material bangunan yang habis masa pakainya akan dapat berubah bentuk sebagai material baru, dan dengan demikian akan selalu dapat dipakai ulang.
·         Rancangan yang manusiawi (humane design), yaitu prinsip yang fokus terhadap interaksi antara manusia dengan lingkungan. Prinsip ini berkaitan dengan adaptasi rancangan terhadap kondisi alam, urban design dan perencanaan tapak, serta tingkat kenyamanan bangunan yang akan dicapai. Dua prinsip pertama berkaitan dengan hal efisiensi dan konservasi, sementara prinsip yang ketiga ini berkaitan dengan keharmonisan hidup semua konstituen ekosistem: elemen non organik, organisme hidup dan manusia. Prinsip ini tampaknya tumbuh dari filosofi pemikiran untuk menghargai keberadaan seluruh benda dan mahluk hidup di muka bumi.

Akhirnya, untuk dapat merancang bangunan yang ramah lingkungan, arsitek harus belajar tentang masalah lingkungan hidup.Pendidikan arsitektur harus dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan memperkenalkan mahasiswa kepada etika lingkungan, serta mengembangkan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan (knowledge base in sustainable design).
Saat ini mungkin status rancangan arsitektur ramah lingkungan masih berada dalam tataran etika daripada dalam tataran ilmu pengetahuan. Perubahan gaya hidup dan sikap terhadap lingkungan adalah penting, tetapi pengembangan keahlian berdasarkan ilmu pengetahuan tidak kalah pentingnya. Pengembangan keahlian ini pada saatnya akan menghasilkan ketrampilan, teknik dan metode dalam praktek perancangan bangunan yang ramah lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA