KRITIK ARSITEKTUR
Kritik
arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu
karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian
mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan
untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan
penggambaran dari benda yang diamatinya.
Metode-metode kritik
arsitektur dapat di kelompokan menjadi lima bagian :
1.
Kritik Normatif
ciri kritik normatif ini mempunyai standar nilai berupa;
doktrin,sistem,tipe atau ukuran. doktrin bisa jadi sebgai pujian atau
sebaliknya,sedangkan sistem bisa menyangkut lebih luas pemaknaannya karena ada
saling sangkut paut antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Contoh
kritik normatifnya "sistem" versi Vitruvius, dia memandang sebuah
bangunan adalah pengubah iklim,pengubah perilaku,pengubah budaya,pengubah
sumber daya.
2.
Kritik Penafsiran
kritik ini biasanya bersifat subyektif tidak didasarkan pada
data / pedoman baku dari luar, untuk memperhalus kritik salah satunya
menggunakan analogi-analogi. hasilnya akan meningkatkan emosi bagi pendengar
setelah itu terpengaruh atau menolak. Jika ada penolakan dari pendengar maka
akan timbul kritik evokatif ( pembelaan ).
3.
Kritik Deskriptif
ciri-ciri kritik deskriptif, tidak menilai,tidak menafsirkan
namun yang terpenting menggambarkan sesuatu yang ada, tanpa ada
tambahan-tambahan yang mengaburkan.
4.
Kritik Biografi
Kritik ini didasari oleh kehidupan arsitek,klien,pembangunan
(kontraktor) serta dampak mereka pada hasil akhir. Dan kebiasaannya
mengemukakan fakta-fakta dan pengaruhnya.
5.
Kritik Kontektual
kontektual
yang berhubungan dengan dunia luar, berupa tekanan-tekanan /
peristiwa-peristiwa ekonomi,politik, atau antarpersonal sehingga akan
mempengaruhi rancangan serta faktor produksi.
Pada bagian diatas saya akan menjelaskan lebih rinci
tentang salah satu metode kritik arsitektur yaitu metode kritik penafsiran atau
disebut juga kritik Interpretif.
PENGERTIAN KRITIK
PENAFSIRAN/INTERPRETIF
Kritik
Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang
menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini
dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif
dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan
kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau
memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
Tiga meotde kritik interpretif :
1.
Kritik Evokatif
(Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang
dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek
itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang.
Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis
(gambar).
2.
Kritik Advokatif
(Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah
arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan
pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu
kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek
sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi
bangunan yang mempersona.
3.
Kritik Impresionis
(Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya
seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan
sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
CONTOH KRITIK INTERPRETATIF - EVOKATIF
MUSEUM DI TENGAH KEBUN, KEMANG, JAKARTA.
Museum Di Tengah Kebun terletak
di Jalan Kemang Timur Raya Nomor 66, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12730.
Museum ini memiliki ± 4.000 koleksi benda-benda bersejarah dan antik dari
seluruh Indonesia dan mancanegara. Museum Di Tengah Kebun adalah museum pemilik
pribadi oleh Sjahrial Djalil, salah satu tokoh periklanan modern Indonesia dan
pendiri biro iklan Ad Force Inc, yang berdiri di tengah kebun seluas 3.500 m2.

Tampak Depan Rumah Di Kebun
Gaya arsitektur pada museum ini
adalah mirip dengan Rumah Adat Betawi yaitu Rumah Kebaya. Sebelum memasuki area
bangunan museum, pengunjung dimanjakan jalan masuk dengan tiap sisinya
dikelilingi oleh pagar tanaman tinggi yang menciptakan suasana asri dan sejuk
seperti bukan di tengah Kota Jakarta. Terdapat banyak jenis pohon tinggi nan rimbun
sehingga semakin membuat suasana seperti di pedesaan.

Jalan Masuk
Museum ini memiliki bangunan
utama yang didalamnya terdapat banyak benda koleksi dari si pemilik yang memang
sangat menyukai benda antik. Suasana interior pun tidak kalah asri dengan di
luar bangunan museum. Setiap ruangan yang diisi oleh koleksi Sjahrial Djalil,
memiliki konsep dan tema berbeda. Seperti pada Ruang Majapahit yang didesain
bergaya Jawa Tengah, dengan furnitur terbuat dari kayu, semakin menambah kesan
bersejarah dan tradisional.

Ruang Majapahit
Suasana yang berbeda juga
didapat di Ruang Keluarga yang mengusung konsep alami dan terdapat furniture dan
terdapat penggabungan dari 3 kultur yaitu Eropa, Cina, dan Jawa yang semakin
menciptakan suasana seperti di sebuah villa di tengah gunung. Nuansa hangat,
nyaman, dan akrab ditimbulkan oleh ruangan ini, semakin membuat pengunjung
betah untuk berlama-lama duduk di ruangan ini.

Ruang Keluarga
Selain ruangan – ruangan yang berkesan
hangat dan nyaman diruang keluarga diatas, halaman belakang museum ini pun
didesain sangat sejuk seperti pengunjung berada di sebuah villa luas di pegunungan.
Terdapat pendopo di tengah-tengah halaman untuk bersantai atau hanya sekedar
duduk-duduk menikmati pemandangan halaman museum yang luas dan hijau bersama
keluarga yang ada di pemilik rumah.

Halaman Belakang

Halaman Belakang
·
Sumber Dari :
Catatan
: Terima kasih untuk sumber pustaka di atas yang memberikan referensi tentang
kritik arsitektur.